Tuesday 20 October 2015

Dimana Posisi anak yatim

Dimana Sebenarnya Yatim Piatu Ditempatkan?

 (Dikutip dari Kika Syafii)

Forum Yatim Piatu




Dunia Islam, dunia keagamaan yang indah. Terbukti dengan disarankannya manusia yang hidup untuk mendahulukan kebutuhan/pertolongan dan lain-lainnya kepada manusia lainnya, agar restu Allah bisa menyertainya. Disini sudah terkait tiga hal, Hablumminannas dan Hablumminallah dan Rahmatan lil aalamin. Allah menjamin pahala umatNya menjadi surga bila hubungan dengan umat lainnya baik, dan bisa menjadi rahmat bagi semua yang ada di alam ini.
Dimana Sebenarnya Yatim Piatu Ditempatkan? Seperti juga terhadap anak yatim piatu. Allah telah memberikan contoh bagaimana memperlakukan Yatim Piatu sejak Muhammad belum diangkat menjadi Nabi sekaligus RasulNya. Dimana Muhammad sudah menjadi Yatim Piatu semenjak anak-anak. Yang harus dirawat oleh Kakek dan Pamannya terlebih dahulu hingga kemudian dewasa.
Disinilah sebenarnya contoh utama dalam memperlakukan Anak-anak Yatim dan Piatu. Allah sudah mengindikasikan sejak awal, bahwa nantinya akan ada godaan besar bagi ummatnya yang berasal dari keberadaan Yatim Piatu terutama dalam hal merawat, mendidik dan memperlakukan Yatim Piatu. Keberadaan Yatim Piatu menjadi sebuah cobaan dan ujian bagi ummat islam dalam menangani dan menghadapinya.
Beberapa kali di setiap perjalanan keseharian maupun perjalanan luar kota, saya menyaksikan dengan jelas eksploitasi anak-anak yatim piatu yang ditandai dengan keberadaan Rumah Yatim Piatu, atau biasa disebut Panti Asuhan. Sudah benarkah kita merawat dan mendidik anak-anak tersebut dalam sebuah rumah khusus? Sesuaikah dengan ajaran Islam?
Mari kita kembali ke dalam contoh yang diberikan oleh Allah melalui Nabi Muhammad SAW. Sejarah mencatat Muhammad sudah menjadi anak yatim piatu semenjak anak-anak. Kemudian dirawat oleh Kakeknya Abdul Muthalib hingga kemudian dirawat oleh Abu Thalib.
Benarkah anak-anak yang dirawat di panti asuhan sudah tidak memiliki saudara satu pun? Sudahkah anak-anak yatim piatu ini dirawat lebih dulu oleh saudara-saudaranya terlebih dulu sebelum dimasukkan ke dalam panti asuhan?. Benarkah anak-anak yatim piatu itu tidak memiliki tetangga yang Muslim?. Pada kenyataannya, rata-rata anak-anak ini langsung diserahkan oleh saudaranya sendiri ke dalam panti asuhan. Ironis. Lebih ironis lagi, mereka yang menyerahkan mengaku Islam namun memiliki ribuan alasan untuk tidak merawat anak yatim piatu tersebut.
Hingga akhirnya muncul banyak rumah/panti asuhan, yang seakan-akan meminta ke orang lain untuk membantu bahwa anak-anak ini perlu dibantu, perlu disantuni, tak berdaya dan sebagainya. Dan juga seakan-akan orang yang sudah memiliki rumah/panti asuhan itu menjadi lebih baik dan suci karena adanya anak-anak yatim piatu ditempatnya. Padahal Allah mengisyaratkan bahwa, hendaknya kita memiliki anak-anak yatim piatu tersebut di dalam rumah kita sendiri. Sebaik-baiknya rumah adalah rumah yang ada anak yatim dan piatu didalamnya.
Sangat benar, bila sebaiknya anak-anak yatim piatu itu berada dalam rumah kita. Namun bila bicara seharusnya secara agama (islam), maka anak-anak yatim piatu itu hendaknya berada didalam rumah saudaranya. Bila satu saudaranya tidak mampu baik ekonomi maupun fisik, maka bisa dialihkan ke saudara lainnya yang mampu, bila semua saudaranya sudah tidak mampu maka menjadi seharusnya bagi tetangganya yang muslim untuk mengambil alih tanggung jawabnya. Begitu dulu seterusnya. Dan bila mentok tiada lagi saudara atau tetangga yang mampu, maka itu menjadi keharusan bagi Rumah Ibadah (masjid) untuk memberikan perawatan dan pendidikan anak-anak yatim piatu tersebut.
Rata-rata muslim tidak mempelajari pelajaran ini dengan baik. Kita terbiasa dicekoki dengan pertimbangan Hablumminallah semata tanpa memberi arti penalaran lain terhadap masalah Hablumminannas yang ada di bumi. Pikiran kita hanya diberi makan surga dan neraka semata dalam tausiyah-tausiyah yang ada. Bahkan ustad-ustad sekarang ini, lebih cenderung mengambil jalan “wangi” bagi dirinya sendiri hingga melupakan hal-hal detail yang seharusnya bisa dipelajari.
Semua inilah eksploitasi sebenarnya. Eksploitasi keberadaan anak-anak yatim piatu yang seharusnya menjadi tanggung jawab kita sebagai manusia (muslim) dengan lebih baik, bukan melempar tanggung jawab dengan menempatkan mereka ke dalam panti/rumah asuhan. Bukan pula hanya berargumen bahwa kita sudah cukup berpahala dengan memberi mereka santunan berkala. We need to take action more than just giving money, but also giving a hand.
Sekali lagi, anak-anak yatim piatu ini adalah tanggung jawab kita sebagai saudara sedarah, sebagai saudara sesama muslim dan sebagai saudara sesama manusia. Dengan meneladani apa yang terjadi dalam kehidupanRasul di masa kecil, maka kita sudah ikut membantu mengurangi eksploitasi anak-anak yatim dan piatu. Dan mungkin juga sudah terhindar dari dosa.

Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment

Silahkan Tinggalkan Komentar