Dimana Sebenarnya Yatim Piatu
Ditempatkan?
(Dikutip dari Kika Syafii)
Dunia Islam, dunia
keagamaan yang indah. Terbukti dengan disarankannya manusia yang hidup untuk
mendahulukan kebutuhan/pertolongan dan lain-lainnya kepada manusia lainnya,
agar restu Allah bisa menyertainya. Disini sudah terkait tiga hal,
Hablumminannas dan Hablumminallah dan Rahmatan lil aalamin. Allah menjamin
pahala umatNya menjadi surga bila hubungan dengan umat lainnya baik, dan bisa
menjadi rahmat bagi semua yang ada di alam ini.
Dimana Sebenarnya Yatim Piatu Ditempatkan? Seperti
juga terhadap anak yatim piatu. Allah telah memberikan
contoh bagaimana memperlakukan Yatim Piatu sejak Muhammad belum diangkat
menjadi Nabi sekaligus RasulNya. Dimana Muhammad sudah menjadi Yatim Piatu
semenjak anak-anak. Yang harus dirawat oleh Kakek dan Pamannya terlebih dahulu
hingga kemudian dewasa.
Disinilah
sebenarnya contoh utama dalam memperlakukan Anak-anak Yatim dan Piatu. Allah
sudah mengindikasikan sejak awal, bahwa nantinya akan ada godaan besar bagi
ummatnya yang berasal dari keberadaan Yatim Piatu terutama dalam hal merawat,
mendidik dan memperlakukan Yatim Piatu. Keberadaan Yatim Piatu menjadi sebuah
cobaan dan ujian bagi ummat islam dalam menangani dan menghadapinya.
Beberapa kali di setiap perjalanan keseharian
maupun perjalanan luar kota, saya menyaksikan dengan jelas eksploitasi anak-anak
yatim piatu yang ditandai dengan keberadaan Rumah Yatim Piatu, atau biasa
disebut Panti Asuhan. Sudah benarkah kita merawat dan mendidik anak-anak
tersebut dalam sebuah rumah khusus? Sesuaikah dengan ajaran Islam?
Mari
kita kembali ke dalam contoh yang diberikan oleh Allah melalui Nabi Muhammad
SAW. Sejarah mencatat Muhammad sudah menjadi anak yatim piatu semenjak
anak-anak. Kemudian dirawat oleh Kakeknya Abdul Muthalib hingga kemudian
dirawat oleh Abu Thalib.
Benarkah
anak-anak yang dirawat di panti asuhan sudah tidak memiliki saudara satu pun?
Sudahkah anak-anak yatim piatu ini dirawat lebih dulu oleh saudara-saudaranya
terlebih dulu sebelum dimasukkan ke dalam panti asuhan?. Benarkah anak-anak
yatim piatu itu tidak memiliki tetangga yang Muslim?. Pada kenyataannya,
rata-rata anak-anak ini langsung diserahkan oleh saudaranya sendiri ke dalam
panti asuhan. Ironis. Lebih ironis lagi, mereka yang menyerahkan mengaku Islam
namun memiliki ribuan alasan untuk tidak merawat anak yatim piatu tersebut.
Hingga akhirnya
muncul banyak rumah/panti asuhan, yang seakan-akan meminta ke orang lain untuk
membantu bahwa anak-anak ini perlu dibantu, perlu disantuni, tak berdaya dan
sebagainya. Dan juga seakan-akan orang yang sudah memiliki rumah/panti asuhan
itu menjadi lebih baik dan suci karena adanya anak-anak yatim piatu
ditempatnya. Padahal Allah mengisyaratkan bahwa, hendaknya kita memiliki
anak-anak yatim piatu tersebut di dalam rumah kita sendiri. Sebaik-baiknya
rumah adalah rumah yang ada anak yatim dan piatu didalamnya.
Sangat benar, bila
sebaiknya anak-anak yatim piatu itu berada dalam rumah kita. Namun bila bicara
seharusnya secara agama (islam), maka anak-anak yatim piatu itu hendaknya
berada didalam rumah saudaranya. Bila satu saudaranya tidak mampu baik ekonomi
maupun fisik, maka bisa dialihkan ke saudara lainnya yang mampu, bila semua
saudaranya sudah tidak mampu maka menjadi seharusnya bagi tetangganya yang
muslim untuk mengambil alih tanggung jawabnya. Begitu dulu seterusnya. Dan bila
mentok tiada lagi saudara atau tetangga yang mampu, maka itu menjadi keharusan
bagi Rumah Ibadah (masjid) untuk memberikan perawatan dan pendidikan anak-anak yatim piatu tersebut.
Rata-rata
muslim tidak mempelajari pelajaran ini dengan baik. Kita terbiasa dicekoki
dengan pertimbangan Hablumminallah semata tanpa memberi arti penalaran lain
terhadap masalah Hablumminannas yang ada di bumi. Pikiran kita hanya diberi
makan surga dan neraka semata dalam tausiyah-tausiyah yang ada. Bahkan
ustad-ustad sekarang ini, lebih cenderung mengambil jalan “wangi” bagi dirinya
sendiri hingga melupakan hal-hal detail yang seharusnya bisa dipelajari.
Semua
inilah eksploitasi sebenarnya. Eksploitasi keberadaan anak-anak yatim piatu
yang seharusnya menjadi tanggung jawab kita sebagai manusia (muslim) dengan
lebih baik, bukan melempar tanggung jawab dengan menempatkan mereka ke dalam
panti/rumah asuhan. Bukan pula hanya berargumen bahwa kita sudah cukup
berpahala dengan memberi mereka santunan berkala. We need to take action more
than just giving money, but also giving a hand.
Sekali lagi, anak-anak yatim piatu ini adalah tanggung
jawab kita sebagai saudara sedarah, sebagai saudara sesama muslim dan sebagai
saudara sesama manusia. Dengan meneladani apa yang terjadi dalam kehidupanRasul di
masa kecil, maka kita sudah ikut membantu mengurangi eksploitasi anak-anak
yatim dan piatu. Dan mungkin juga sudah terhindar dari dosa.
Wallahu
a’lam.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentar