EMPAT KECERDASAN
INDIKATOR INSAN
MUTTAQIN
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ،
أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ
الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ
وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا
بَعْدُ:فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ
فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.
Hari ini 1 Syawal 1436 H,
sebagaimana telah menjadi sunnah setiap tahun, kita seluruh kaum muslimin,
laki-laki dan perempuan, besar dan kecil, tua-muda, orang berpangkat tinggi
maupun petani di desa yang jauh, sejak dari kepala negara sampai rakyat kecil,
berduyun-duyun keluar dari rumah masing-masing, berbondong datang ke tempat sholat
‘ied, baik di dalam mesjid ataupun di tanah lapang.
Allah Subhanahuwa Ta’ala
memberikan kesempatan dan peluang yang sebesar-besarnya pada kita, untuk
menumpahkan rasa gembira dan syukur kepada Tuhan dengan bentuk demonstrasi.
Inilah suatu bentuk demonstrasi yang paling dahsyat.Sehingga di dalam hadits
Nabi Saw. kita di anjurkan, walaupun wanita yang sedang haid, hendaklah pergi
juga ke lapangan, Meskipun tidak turut melakukan shalat hari raya, hendaklah
dia turut hadir menunjukkan gembira ria, mensyukuri nikmat Tuhan dan turut
mendengarkan khutbah.
Inilah suatu demonstrasi menanam
rasa cinta, bukan demonstrasi menabur rasa benci. Dan bukan pula suatu aksi
massa untuk menjilat seorang tirani. Demonstrasi ini adalah demonstrasi
perpaduan rakyat dengan pemerintahnya, buruh dengan majikannya untuk mensyukuri
yang telah ada, bukan mengeluh menyatakan ketidak-puasan. Demonstrasi guna
memperlihatkan di hadapan Allah, bahwa seorang prajurit dan seorang jendral
adalah sama di sisi Tuhan,karena sama-sama hamba-Nya;dan yang mulia di sisi
Allah ialah “barangsiapa yang lebih taqwa kepada-Nya”.
Demonstrasi yang
tumbuh dari lubuk hati penuh iman, bukan demonstrasi untuk berbuat maksiat dan
durhaka. Demonstrasi agama maha besar ini kita ramaikan, kita dengung dan kita
kumandangkan takbir.
Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Takbir kita tanamkan ke dalam
lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT sedangkan
selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat tasbih dan tahmid, kita tujukan
untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.
Tidak lupa puji
syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih
kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh
keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam
semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.
Jama`ah Idul Fithri yang
berbahagia
Puasa dan seluruh rangkaian ibadah di bulan
Ramadhan bertujuan menjadikan kita hamba-hamba Allah yang bertakwa.Di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa yang
disebutkan Allah Subhanahu Wata’ala terdapat dalam Al Quran Surat
Adz-Dzariyat (51) : 15-19.
إنَ
الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. ءَاخِذِينَ مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ
إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذلِكَ مُحْسِنِينَ. كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَليْلِ
مَايَهْجَعُونَ. وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ. وَفِي أَمْوَالِهِمْ
حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Sesungguhnya orang-orang yang
bertaqwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil
mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum
itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon
ampun (kepada Allah Subhanahu Wata’ala) Dan pada harta-harta mereka ada hak
untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang menjaga dirinya dari
meminta-minta.”
Merujuk kalam Ilahi tersebut dapat kita ambil
pelajaran tentang kecerdasan majemuk yang melekat pada diri orang
yang bertaqwa, yaitu : Kecerdasan Sosial, Kecerdasan Ruhaniah, Kecerdasan
Emosional dan Kecerdasan Finansial. Keempat kecerdasaan inilah yang semestinya
kita peroleh selama bulan Ramadhan.
Pertama: Kecerdasan Sosial
Ditandai
dengan selalu berbuat baik kepada orang lain karena ia yakin kebaikan itu
kembali kepada dirinya sendiri, tanpa salah alamat.
إِنَّهُمْ
كَانُوا قَبْلَ ذلِكَ مُحْسِنِينَ.
“Sungguh,
sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik.”
Kebaikan
seseorang tidak semata-mata diukur dari hablun minallah, rajinnya ibadah ritual, tetapi harus
diimbangi dengan hablun minannas. Shalat
dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam mengajarkan kepada kita untuk
menjaga keseimbangan dan kesinambungan hubungan vertikal dan horizontal.
Manusia yang terbaik adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang
lain. Manusia yang paling baik adalah manusia yang bergaul (lebur) dengan
manusia lain dan sabar atas gangguan mereka (al Hadits). Orang yang baik adalah
yang sholih ritual dan sholih sosial. Sholihun linafsihi wa sholihun lighoirih(sholih untuk
dirinya dan sholih untuk orang lain).
Spirit
untuk berbuat baik tidak akan pernah padam, hingga ajal menjemput. Karena ia
yakin pasti mendapat balasan yang lebih baik dari Allah Subhanahu Wata’ala. Dan
balasan itu akan dia panen baik secara kredit ataupun kontan. Secara langsung
maupun tidak langsung. Di dunia ini dan di akhirat kelak.
Ada dua kunci untuk
sukses bergaul (bermuamalah) – interaksi yang mengandung hitung-hitungan materi
– dan bermu’asyarah – interaksi yang menonjolkan ruhani – dengan orang
lain. Pertama, Salamatush Shadr (dada
selamat/steril dari penyakit serakah, sombong dan dengki). Kedua, Al-Itsar (mengutamakan atau mendahulukan orang
lain dalam urusan dunia). Dua rumus itulah yang dapat menyederhanakan perbedaan
dan menonjolkan umat Islam pertama di Madinah. Antara kaum Muhajirin (penduduk
Makah yang hijrah) dan Anshar (penduduk Madinah yang mukim, siap menolong
saudaranya yang berhijrah).
Kedua: Kecerdasan Ruhaniah
Ia
giat dan mudawamah (terus-menerus)
dan istiqomah (konsisten) melaksanakan qiyamullailatau shalat malam.
كَانُوا
قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu
malam.”
Artinya,
orang yang bertaqwa adalah orang yang rajin shalat malam atau shalat tahajjuduntuk mendekatkan
diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala . Itulah sebabnya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wassallam menginformasikan kepada shahabatnya bahwa bangun malam
adalah prilaku dan kebiasaan rutin (kultur) orang-orang shalih dahulu, sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah
Subhanahu Wata’ala, membentengi diri dari perbuatan dosa, menghapuskan
kesalahan dan dapat menghilangkan penyakit dalam tubuh.
Dengan
shalat lail kita bermuhasabah dan menyadari bahwa betapa banyak persoalan
kehidupan ini yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan menonjolkan ikhtiar
lahiriyah dan kecerdasan intelektual. Kita menyadari keterbatasan kapasitas
diri kita. Dan kita merendah di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala
yang Maha Kuat dan Maha Perkasa. Dan Maha Memiliki segala yang diperlukan
hamba-Nya.
Subhanallah (Maha Suci Allah), bukankah kita seringkali
tidak berhasil mengendalikan panca indra kita dari perbuatan maksiat. Kita
lemah menjaga mulut, pikiran, hati, pendengaran, untuk selalu terkontrol. Al Hamdulillah (Segala puji hanya milik Allah).
Alangkah banyak karunia yang diberikan oleh
Allah Subhanahu Wata’ala baik nikmat lahir ataupun nikmat batin. Allahu Akbar (Allah Maha
Besar). Betapa kecil ilmu, harta, kekuasaan, dan pengaruh kita. Seringkali apa
yang kita miliki tadi tidak berdaya menyelamatkan kita dari mara bahaya. Laa haula wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan kekuatan kecuali
Allah). Betapa tidak berdayanya diri kita. Menahan ngantuk saja tidak mampu.
Mencukur rambut saja tidak dapat mandiri. Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada yang patut disembah dan
diibadahi kecuali Allah). Dengan memperbanyak kalimat tasbih, hamdalah, takbir,
dan tahlil, mudah-mudahan keimanan menghunjam di dalam hati kita. Dengan media
shalat malam mendidik seluruh anggota tubuh kita untuk tunduk kepada Allah
Subhanahu Wata’ala secara serentak.
Ketiga: Kecerdasan Emosional
Ia
selalu muhasabah dengan
memohon ampun (beristighfar) kepada Allah Subhanahu Wata’ala di waktu sahur (di
penghujung malam). Orang yang cerdas adalah orang yang selalu intropeksi
diri dan beramal untuk kehidupan sesudah mati. Dengan banyak muhasabah, hisab
di akhirat lebih ringan. Karena ia selalu minta ditutupi, dihapus kelemahannya
oleh Allah Subhanahu Wata’ala .
Semakin
banyak mengucapkan kalimat istighfar sepatutnya makin banyak kelemahannya yang
dihapus. Sehingga yang menonjol adalah kebaikannya (sisi positif).
وَبِاْلأَسْحَارِ
هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Mereka
beristighfar di waktu sahur. Waktu sahur ini memiliki keutamaan dan kemuliaan
karena ia termasuk sepertiga malam terakhir.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional
hatinya mudah empati melihat penderitaan orang lain, dan mudah menerima
kebenaran orang lain. Maka ia berjiwa besar. Berjiwa permadani. Dapat
menampung semua karakter manusia. Dan jauh dari sikap kerdil. Berbagai
penelitian mutakhir menunjukkan bahwa kecerdasan emosional penentu keberhasil
hidup seseorang.
Keempat: Kecerdasan Finansial
Ia
senang berbagi dan memberi orang-orang yang membutuhkannya.
وَفِي
أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan
dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri
dari meminta”.
Maksudnya,
ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian rizki yang diberikan Allah
Subhanahu Wata’ala kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan. Ia yakin dengan
memberi sesungguhnya akan mendapatkan/memperoleh. Allah Subhanahu
Wata’ala akan menggantinya dan melipatgandakannya. Orang inilah yang
bermental kaya. Sebaliknya, orang yang simpanannya banyak, tetapi merasa kurang
terus, sehingga ia dihinggapi penyakitthoma’ (rakus), sesungguhnya ia bermental
miskin. Semakin menumpuk kekayaan yang dimilikinya bagaikan minum air laut,
semakin diminum semakin haus.
Orang
bertakwa tidak terjangkiti penyakit materialis. Yaitu, ketika memberi selalu
mempertimbangkan untung/rugi. Ada maksud tersembunyi dibalik pemberiannya itu.
Ia khawatir jika ia memberi, jatuh miskin. Takut hartanya berkurang. Ia tidak
percaya bahwa Allah Subhanahu Wata’ala yang melapangkan dan menyempitkan
rezeki seseorang.
Semoga
Ramadhan yang telah berlalu berhasil mengasah keempat kecerdasan kita yang
merupakan sifat dan indikator orang bertaqwa yang dijanjikan Allah Subhanahu
Wata’ala sebagai balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakan selama
mereka hidup di dunia. Kenikmatan yang tidak terlihat oleh mata, tidak pernah
terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh manusia.
Semoga
kita dan keluarga kita dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk
mengikuti jejak Ahlul Jannah, penghuni surga. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Akhirnya,
marilah kita berdo’a - bermunajad kepada- Nya. Dia Allah yang telah menciptakan
kita semua, Dia Allah tempat kita memohon ampunan, dan Dilah Allah tempat kita
akan kembali nanti.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum
muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang
telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan
Mengabulkan do’a
اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ
وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah
kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah
kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah
kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah
kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan
lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
Yaa Allah, bukalah pintu tobat bagi
kami agar kami senantiasa memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan kami,
jika seandainya pantas bagi kami maka panjangkanlah usia kami, hingga kami
dapat bertemu dengan bulan Ramadhan-Mu yang penuh rahmat, berkah dan
ampunan-Mu.
Ya Allah Tuhan yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Sertakan kami bersama orang-orang yang berbuat baik, dan masukkanlah
kami kedalam golongan orang-orang yang "mukhlishina lahuddin",
yaitu orang-orang yang senantiasa mengikhlaskan ketaatan hanya kepada-Mu.
Jadikanlah kami semua orang-orang yang bertaqwa.
اللَّهُمَّ
اَصْلِح جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَاَهْلِكِالْكَفَرَةَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ, وَانْصُرِالاِْسْلاَمَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ, وَاَعْلِ كَلِمَتَكَ اِلَى يَوْمِالدِّيْنَ.اَللَّهُمَّ اجعَلْ
بَلْدَتَنَاإِنْدُنِيْسِيَّاآمِنَتً مُطْمَئِنَّةً وَرْزُقْ أَهْلَهُ رِزْقًاوَاسِعًاحَلاَلاًمُبَارَكًا.اَللَّهُمَّ
اَلِّفْ بَيْنَنَاوَبَيْنَنَاقُلُوبِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ حَتَّى
نَكُوْنَ كَالْبُنْيَنِالْمَرْصُوصِ.
رَبَّنَا
آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِىالآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
-------------------
Wonosari, 1 Syawal 1436 H
H.Untung Santosa,SE,MA.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentar