Friday 22 January 2016

Khutbah Idul Fitri 1436 H EMPAT KECERDASAN INDIKATOR INSAN MUTTAQIN

Khutbah Idul Fitri 1436 H
EMPAT KECERDASAN
INDIKATOR INSAN MUTTAQIN
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.
Hari ini 1 Syawal 1436 H, sebagaimana telah menjadi sunnah setiap tahun, kita seluruh kaum muslimin, laki-laki dan perempuan, besar dan kecil, tua-muda, orang berpangkat tinggi maupun petani di desa yang jauh, sejak dari kepala negara sampai rakyat kecil, berduyun-duyun keluar dari rumah masing-masing, berbondong datang ke tempat sholat ‘ied, baik di dalam mesjid ataupun di tanah lapang.
Allah Subhanahuwa Ta’ala memberikan kesempatan dan peluang yang sebesar-besarnya pada kita, untuk menumpahkan rasa gembira dan syukur kepada Tuhan dengan bentuk demonstrasi. Inilah suatu bentuk demonstrasi yang paling dahsyat.Sehingga di dalam hadits Nabi Saw. kita di anjurkan, walaupun wanita yang sedang haid, hendaklah pergi juga ke lapangan, Meskipun tidak turut melakukan shalat hari raya, hendaklah dia turut hadir menunjukkan gembira ria, mensyukuri nikmat Tuhan dan turut mendengarkan khutbah.
Inilah suatu demonstrasi menanam rasa cinta, bukan demonstrasi menabur rasa benci. Dan bukan pula suatu aksi massa untuk menjilat seorang tirani. Demonstrasi ini adalah demonstrasi perpaduan rakyat dengan pemerintahnya, buruh dengan majikannya untuk mensyukuri yang telah ada, bukan mengeluh menyatakan ketidak-puasan. Demonstrasi guna memperlihatkan di hadapan Allah, bahwa seorang prajurit dan seorang jendral adalah sama di sisi Tuhan,karena sama-sama hamba-Nya;dan yang mulia di sisi Allah ialah “barangsiapa yang lebih taqwa kepada-Nya”.
Demonstrasi yang tumbuh dari lubuk hati penuh iman, bukan demonstrasi untuk berbuat maksiat dan durhaka. Demonstrasi agama maha besar ini kita ramaikan, kita dengung dan kita kumandangkan takbir.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat tasbih dan tahmid, kita tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.
Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.
Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia
                Puasa dan seluruh rangkaian ibadah di bulan Ramadhan bertujuan menjadikan kita hamba-hamba Allah yang bertakwa.Di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa yang disebutkan Allah Subhanahu Wata’ala terdapat dalam Al Quran Surat Adz-Dzariyat  (51) : 15-19.
إنَ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. ءَاخِذِينَ مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذلِكَ مُحْسِنِينَ. كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَليْلِ مَايَهْجَعُونَ. وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ. وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah Subhanahu Wata’ala) Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta.”
Merujuk kalam Ilahi tersebut dapat kita ambil pelajaran tentang kecerdasan majemuk  yang melekat pada diri orang yang  bertaqwa, yaitu : Kecerdasan Sosial, Kecerdasan Ruhaniah, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Finansial. Keempat kecerdasaan inilah yang semestinya kita peroleh selama bulan Ramadhan.
Pertama: Kecerdasan Sosial
Ditandai dengan selalu berbuat baik kepada orang lain karena ia yakin kebaikan itu kembali kepada dirinya sendiri, tanpa salah alamat.
إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذلِكَ مُحْسِنِينَ.
“Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik.”
Kebaikan seseorang tidak semata-mata diukur dari hablun minallah, rajinnya ibadah ritual, tetapi harus diimbangi dengan hablun minannas. Shalat dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam mengajarkan kepada kita untuk menjaga keseimbangan dan kesinambungan hubungan vertikal dan horizontal. Manusia yang terbaik adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. Manusia yang paling baik adalah manusia yang bergaul (lebur) dengan manusia lain dan sabar atas gangguan mereka (al Hadits). Orang yang baik adalah yang sholih ritual dan sholih sosial. Sholihun linafsihi wa sholihun lighoirih(sholih untuk dirinya dan sholih untuk orang lain).
Spirit untuk berbuat baik tidak akan pernah padam, hingga ajal menjemput. Karena ia yakin pasti mendapat balasan yang lebih baik dari Allah Subhanahu Wata’ala. Dan balasan itu akan dia panen baik secara kredit ataupun kontan. Secara langsung maupun tidak langsung. Di dunia ini dan di akhirat kelak.
Ada dua kunci untuk sukses bergaul (bermuamalah) – interaksi yang mengandung hitung-hitungan materi – dan bermu’asyarah – interaksi yang menonjolkan ruhani –  dengan orang lain. Pertama, Salamatush Shadr (dada selamat/steril dari penyakit serakah, sombong dan dengki). Kedua, Al-Itsar (mengutamakan atau mendahulukan orang lain dalam urusan dunia). Dua rumus itulah yang dapat menyederhanakan perbedaan dan menonjolkan umat Islam pertama di Madinah. Antara kaum Muhajirin (penduduk Makah yang hijrah) dan Anshar (penduduk Madinah yang mukim, siap menolong saudaranya yang berhijrah).
Kedua: Kecerdasan Ruhaniah
Ia giat dan mudawamah (terus-menerus)  dan istiqomah (konsisten) melaksanakan qiyamullailatau shalat malam.
كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.”
Artinya, orang yang bertaqwa adalah orang yang rajin shalat malam atau shalat tahajjuduntuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala . Itulah sebabnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam  menginformasikan kepada shahabatnya bahwa bangun malam adalah prilaku dan kebiasaan rutin (kultur) orang-orang shalih dahulu, sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu Wata’ala, membentengi diri dari perbuatan dosa, menghapuskan kesalahan dan dapat menghilangkan penyakit dalam tubuh.
Dengan shalat lail kita bermuhasabah dan menyadari bahwa betapa banyak persoalan kehidupan ini yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan menonjolkan ikhtiar lahiriyah dan kecerdasan intelektual. Kita menyadari keterbatasan kapasitas diri kita.  Dan kita merendah di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala  yang Maha Kuat dan Maha Perkasa. Dan Maha Memiliki segala yang diperlukan hamba-Nya.
Subhanallah (Maha Suci Allah), bukankah kita seringkali tidak berhasil mengendalikan panca indra kita dari perbuatan maksiat. Kita lemah menjaga mulut, pikiran, hati, pendengaran, untuk selalu terkontrol. Al Hamdulillah (Segala puji hanya milik Allah).
Alangkah banyak karunia yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala  baik nikmat lahir ataupun nikmat batin. Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Betapa kecil ilmu, harta, kekuasaan, dan pengaruh kita. Seringkali apa yang kita miliki tadi tidak berdaya menyelamatkan kita dari mara bahaya. Laa haula wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan kekuatan kecuali Allah). Betapa tidak berdayanya diri kita. Menahan ngantuk saja tidak mampu. Mencukur rambut saja tidak dapat mandiri.  Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada yang patut disembah dan diibadahi kecuali Allah). Dengan memperbanyak kalimat tasbih, hamdalah, takbir, dan tahlil, mudah-mudahan keimanan menghunjam di dalam hati kita. Dengan media shalat malam mendidik seluruh anggota tubuh kita untuk tunduk kepada Allah Subhanahu Wata’ala  secara serentak.
Ketiga: Kecerdasan Emosional
Ia selalu muhasabah dengan memohon ampun (beristighfar) kepada Allah Subhanahu Wata’ala di waktu sahur (di penghujung malam).  Orang yang cerdas adalah orang yang selalu intropeksi diri dan beramal untuk kehidupan sesudah mati. Dengan banyak muhasabah, hisab di akhirat lebih ringan. Karena ia selalu minta ditutupi, dihapus kelemahannya oleh Allah Subhanahu Wata’ala .
Semakin banyak mengucapkan kalimat istighfar sepatutnya makin banyak kelemahannya yang dihapus. Sehingga yang menonjol adalah kebaikannya (sisi positif).
وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Mereka beristighfar di waktu sahur. Waktu sahur ini memiliki keutamaan dan kemuliaan karena ia termasuk sepertiga malam terakhir.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional hatinya mudah empati melihat penderitaan orang lain, dan mudah menerima kebenaran orang lain. Maka ia berjiwa besar.  Berjiwa permadani. Dapat menampung semua karakter manusia. Dan jauh dari sikap kerdil. Berbagai penelitian mutakhir menunjukkan bahwa kecerdasan emosional penentu keberhasil hidup seseorang.
Keempat: Kecerdasan Finansial
Ia senang berbagi dan memberi orang-orang yang membutuhkannya.
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta”.
Maksudnya, ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian rizki yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan. Ia yakin dengan memberi sesungguhnya akan mendapatkan/memperoleh. Allah Subhanahu Wata’ala  akan menggantinya dan melipatgandakannya. Orang inilah yang bermental kaya. Sebaliknya, orang yang simpanannya banyak, tetapi merasa kurang terus, sehingga ia dihinggapi penyakitthoma’ (rakus), sesungguhnya ia bermental miskin. Semakin menumpuk kekayaan yang dimilikinya bagaikan minum air laut, semakin diminum semakin haus.
Orang bertakwa tidak terjangkiti penyakit materialis. Yaitu, ketika memberi selalu mempertimbangkan untung/rugi. Ada maksud tersembunyi dibalik pemberiannya itu. Ia khawatir jika ia memberi, jatuh miskin. Takut hartanya berkurang. Ia tidak percaya bahwa Allah Subhanahu Wata’ala  yang melapangkan dan menyempitkan rezeki seseorang.
Semoga Ramadhan yang telah berlalu berhasil mengasah keempat kecerdasan kita yang merupakan sifat dan indikator orang bertaqwa yang dijanjikan Allah Subhanahu Wata’ala  sebagai balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakan selama mereka hidup di dunia. Kenikmatan yang tidak terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh manusia.
Semoga kita dan keluarga kita dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala  untuk mengikuti jejak Ahlul Jannah, penghuni surga. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Akhirnya, marilah kita berdo’a - bermunajad kepada- Nya. Dia Allah yang telah menciptakan kita semua, Dia Allah tempat kita memohon ampunan, dan Dilah Allah tempat kita akan kembali nanti.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
Yaa Allah, bukalah pintu tobat bagi kami agar kami senantiasa memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan kami, jika seandainya pantas bagi kami maka panjangkanlah usia kami, hingga kami dapat bertemu dengan bulan Ramadhan-Mu yang penuh rahmat, berkah dan ampunan-Mu.
Ya Allah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Sertakan kami bersama orang-orang yang berbuat baik, dan masukkanlah kami kedalam golongan orang-orang yang "mukhlishina lahuddin", yaitu orang-orang yang senantiasa mengikhlaskan ketaatan hanya kepada-Mu. Jadikanlah kami semua orang-orang yang bertaqwa.
اللَّهُمَّ اَصْلِح جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَاَهْلِكِالْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ,  وَانْصُرِالاِْسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ, وَاَعْلِ كَلِمَتَكَ اِلَى يَوْمِالدِّيْنَ.اَللَّهُمَّ اجعَلْ بَلْدَتَنَاإِنْدُنِيْسِيَّاآمِنَتً مُطْمَئِنَّةً وَرْزُقْ أَهْلَهُ رِزْقًاوَاسِعًاحَلاَلاًمُبَارَكًا.اَللَّهُمَّ اَلِّفْ بَيْنَنَاوَبَيْنَنَاقُلُوبِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ حَتَّى نَكُوْنَ كَالْبُنْيَنِالْمَرْصُوصِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِىالآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
-------------------
Wonosari,  1 Syawal 1436 H
H.Untung Santosa,SE,MA.


No comments:

Post a Comment

Silahkan Tinggalkan Komentar